Monday, 28 October 2019

IKATAN ION | Modul Pembelajaran Online

IKATAN ION

Standar Kompetensi
Menganalisis proses terbentuknya ikatan ion serta interaksi antar partikel (atom, ion, molekul) materi dan hubungannya dengan sifat fisik materi.

Tujuan Pembelajaran
  1. Menganalisis pembentukan senyawa berdasarkan pembentukan ikatan (berhubungan dengan kecenderungan atom untuk mencapai kestabilan).
  2. Menganalisis proses terbentuknya ikatan ion.
  3. Menganalisis beberapa contoh pembentukan senyawa ion.
Uraian Materi

Unsur-unsur biasanya ditemukan di alam dalam keadaan tidak stabil dan unsur-unsur tersebut cenderung untuk membentuk senyawa yang lebih stabil. Pembentukan senyawa ini terjadi melalui ikatan kimia. Ikatan kimia yang terdapat dalam senyawa dapat berupa ikatan ion atau ikatan kovalen.

A. Teori Kestabilan Atom 
Selain gas mulia, hampir semua unsur yang ada di alam terdapat sebagai senyawa (gabungan dua unsur atau lebih yang terikat secara ikatan kimia). Semua ini menunjukkan bahwa di alam unsur-unsur tidak stabil dalam keadaan unsur bebas. Ketidakstabilan unsur-unsur ini ada hubungannya dengan konfigurasi elektron yang dimilikinya. Konsep ikatan kimia pertama kali dikemukakan oleh Gilbert Newton Lewis dan Langmuir dari Amerika Serikat, serta Albrecht Kossel dari Jerman pada tahun 1916. Adapun konsep tersebut sebagai berikut: Kenyataan bahwa gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) sukar membentuk senyawa (sekarang telah dapat dibuat senyawa dari gas mulia Kr, Xe, dan Rn), merupakan bukti bahwa gas-gas mulia memilki susunan elektron yang stabil. Setiap atom memiliki kecenderungan untuk mempunyai susunan elektron yang stabil seperti gas mulia, dengan cara melepaskan elektron, menerima elektron, atau menggunakan pasangan elektron secara bersama-sama. Mereka mengemukakan bahwa jumlah elektron pada kulit terluar dari dua atom yang berikatan akan berubah sedemikian rupa sehingga konfigurasi elektron kedua atom tadi sama dengan konfigurasi elektron gas mulia yaitu mempunyai 8 elektron pada kulit terluarnya. Oleh karena itu pernyataan Kossel-Lewis ini disebut aturan oktet. 

Aturan oktet ini tidak berlaku untuk hidrogen sebab atom H akan membentuk konfigurasi elektron seperti He yaitu
mempunyai 2 elektron pada kulit terluarnya pada saat membentuk ikatan yang disebut aturan duplet.

Unsur Nomor
Atom
Konfigurasi Elektron
He 2 2
Ne 10 2 8
Ar 18 2 8 8
Kr 36 2 8 18 8
Xe 54 2 8 18 18 8
Rn 86 2 8 18 32 18 8

B. Struktur Lewis
Pada saat atom-atom membentuk ikatan, hanya elektron-elektron pada kulit terluar yang berperan yaitu elektron valensi. Struktur yang menggambarkan elektron pada kulit terluar suatu atom disebut struktur Lewis.

C. Ikatan Ion
Ikatan ion (elektrovalen) adalah ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik – menarik elektrostatik antara ion positif dan ion negatif, ini terjadi karena kedua ion tersebut memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar. Ikatan ion terbentuk antara atom yang melepaskan elektron (logam) dengan atom yang menerima elektron (non logam). Atom yang melepas elektron berubah menjadi ion positif, sedangkan atom yang menerima elektron menjadi ion negatif. Antara ion-ion yang berlawanan muatan tersebut, terjadi tarik-menarik (gaya elektrostatik) yang disebut ikatan ion. Ikatan ion merupakan ikatan yang relatif kuat. Pada suhu kamar, semua senyawa ion berupa zat padat kristal dengan struktur tertentu. Perhatikan beberapa contoh pembentukan senyawa ion beikut:
1. Pembentukan NaCl
Garam dapur (NaCl) merupakan senyawa ionik yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Petani garam memperoleh kristal NaCl secara tradisional yaitu dengan cara menguapkan air laut dengan bantuan sinar matahari.

Natrium mempunyai kecenderungan untuk melepaskan elektron terluar
daripada klor karena energi ionisasinya lebih rendah dibandingkan dengan klor. Untuk mencapai konfigurasi elektron stabil, natrium melepaskan satu elektron terluarnya sedangkan klor menerima elektron. Pada pembentukan NaCl, satu elektron dari Na akan diterima oleh Cl.

Setelah terjadi perpindahan elektron, atom-atom tidak lagi bersifat netral tapi menjadi ion yang bermuatan. Atom Na melepaskan satu elektron menjadi ion Na+, sedangkan klor menerima satu elektron menjadi ion Cl–. Ion Na+ dan Cl– akan tarik-menarik dengan gaya elektrostatik sehingga berikatan.



Thursday, 11 April 2019

Kampung Sayur Organik Mojosongo : Mandiri Pangan Warga untuk Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional

Rabu,10 April 2019, saya dan teman-teman saya berkunjung ke sebuah kampung yang saya sebut produktif. Mengapa saya sebut demikian? Mari simak cerita perjalanan kami di kampung ini.
Sore itu Saya,Liza , Rakhma, dan Naimina pergi ke sebuah kampung di daerah Mojosongo, Surakarta.
Sebelum saya deskripsikan keadaan kampung ini, saya jelaskan dulu latar belakang saya,dan teman-teman melakukan kunjungan ini.
Saya dan teman-teman memperoleh mata kuliah Ilmu Lingkungan dimana salah satu topiknya adalah tentang 'Food Resources' (sumberdaya pangan) yang akhir-akhir ini cukup jadi perbincangan hangat masyarakat.
Makanan adalah kebutuhan primer bagi manusia. Setiap orang butuh makan, oleh karenanya sumberdaya pangan harus terus produktif. Namun, tingginya tingkat pertumbuhan manusia di dunia tidak diimbangi dengan peningkatan produksi bahan pangan. Sebenarnya, sumberdaya pangan dunia utamanya di Indonesia cukup melimpah hanya saja pemanfaatannya saja yang belum optimal dan masih bergantung pada salah satu atau dua sumberdaya pangan (misal : beras). Belum lagi persoalan Indonesia yang melabeli diri dengan sebutan 'negara agraris' namun masih saja mengimpor beras.Belum lagi impor sayur dan buah-buahan. Jika hal ini diteruskan tentu saja akan mengancam ketahanan pangan nasional.Oleh karena itu, kami memutuskan untuk mencari cara yang meskipun sederhana namun bisa berkontribusi untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.


Kampung Sayur Mojosongo
Lokasi : 
Rw 37 Ngemplak Sutan, Mojosongo,Surakarta,Jawa Tengah


Menuju kampung ini, kami disambut dengan gapura besar bertuliskan 'Kp Sayur Organik'. Setelah itu, kami langsung disuguhkan pemandangan yang menyejukkan mata.Hampir seluruh halaman rumah warga ditanami sayur mayur dengan rapi, tidak ada ruangan yang luput tanpa terdapat polybag berisi sayuran. 

Gambar 1 : Kondisi lingkungan Kampung Sayur Mojosongo

Kemudian kami mengunjungi rumah Pak Paryanto, Ketua Paguyuban Kampung Sayur Mojosongo. Menurut penuturan beliau, Kampung Sayur Mojosongo diinisiasi pada tahun 2013.Pada saat itu, diadakan relokasi warga bantaran sungai Pucangsawit ke Desa Sutan,mayoritas warganya tidak berpenghasilan tetap,kemudian tercetus ide untuk memberdayakan masyarakat Desa Sutan ini dengan menanam sayur dan buah-buahannya.Harapannya dengan pemberdayaan masyarakat ini, mereka bisa mandiri bahan pangan untuk konsumsi sehari-hari. Dengan bantuan uang dari Rumah Zakat Surakarta, warga mendapatkan pelatihan bercocok tanam, bibit sayuran dan pupuk. Warga mulai menanam beberapa jenis sayuran seperti selada,timun,seledri,kubis,kembang kol,jamur tiram dan masih banyak lagi. Setiap rumah diwajibkan menanam sayuran dengan jumlah minimal 10 pot. Beberapa bulan kemudian hasilnya mulai dirasakan masyarakat. Hasil panen warga cukup untuk konsumsi sehari-hari. Selain itu dari dampak lingkungan, udara di kampung ini lebih segar dan lebih bersih. Karena dirasa program ini positif,warga melanjutkan program ini dengan melakukan pertemuan dan pelatihan terkait bercocok tanam secara rutin. 


Gambar 2 : Program Kampung Sayur Mojosongo

Gambar 3 : Tanaman Cabai dalam Polybag

Gambar 4 : Tanaman Selada dalam Polybag

Warga juga menambah jenis budidaya dengan memelihara ikan lele dan beternak ayam. Warga juga melakukan produksi sendiri pupuk kompos dan pupuk kandang. Hingga tahun 2016 kampung ini telah dikunjungi oleh Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, bahkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Kampung ini juga menjuarai kompetisi kampung ramah lingkungan dan menjadi model bagi kampung-kampung lainnya.
Gambar 5 : Tempat sampah organik dan anorganik untuk
 memudahkan produksi pupuk kompos

Banyak pihak yang mengapresiasi program yang dijalankan kampung ini karena mampu memandirikan masyarakat serta mencukupi kebutuhan akan gizi sayuran. Dengan konsep pemanfaatan lahan kurang produktif dan pemberdayaan, masyarakat semakin mandiri dan berdaya untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia.




Kelompok Food Resources Kelas B
            1. Liza'zil Fani              K3318040
            2. Mbarep Adji P          K3318044
            3. Naimina Restu          K3318050
            4. Noumi Campbel       K3318054
            5. Rakhma Amalia N   K3318064