Monday, 21 June 2021

SOAL-SOAL KIMIA HOTS YANG MENGADOPSI MODEL SOAL PISA

 

PISA (Programme for International Student Assesment) adalah penilaian siswa skala besar (internasional). PISA disponsori OECD (Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan). PISA bertujuan mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di dunia. Evaluasi berlangsung tiga tahun sekali. Yang dinilai siswa-siswa berusia 15 tahun dari sekolah-sekolah yang dipilih secara acak. Tes ini bersifat diagnostik yang salah satu manfaatnya untuk perbaikan sistem pendidikan di negara anggota OECD.

PISA memonitor dan membandingkan hasil pendidikan dalam soal literasi membaca, literasi matematika dan literasi sains.

Soal matematika PISA mencakup tiga komponen yaitu konten, konteks dan proses. Konten matematika PISA terdiri dari (1) Perubahan dan Hubungan (Change and Relationships); (2) Ruang dan Bentuk (Space and Shape); (3) Bilangan (Quantity), dan (4) Ketidakpastian dan Data (Uncertainty and Data).

Konteks matematika PISA terdiri dari (1) Pribadi (Personal), (2) Pekerjaan (Occupation), (3) Umum (Societal), dan (4) Ilmiah (Scientific).

Proses matematika PISA terdiri dari (1) mampu merumuskan masalah secara matematika, (2) mampu menggunakan konsep, fakta, prosedur dan penalaran dalam matematika, (3) menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil dari suatu proses matematika. Soal PISA memiliki tingkatan dari level 1 hingga level 6.

Tingkatan level 1 hingga 6 memuat kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS).

SOAL HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS) yang sering diujikan dalam PISA

Soal 1.

HUJAN ASAM

Di bawah ini adalah foto patung bernama Caryatidı yang dibangun di Acropolis di Athena 100 tahun yang lalu.  Patung-patung itu terbuat dari sejenis batu yang disebut marmer.  Marmer terdiri dari kalsium. Pada tahun 1990, patung asli dipindahkan ke dalam museum Acropols dan digantikan oleh replika sebagai akibat dari patung asli yang rusak karena hujan asam.



PERTANYAAN 

1. Hujan normal dalam suasana agak asam karena telah menyerap beberapa karbon dioksida dari udara. Hujan lebih asam daripada hujan nomal karena telah menyerap gas seperti sulfur oksida dan nitrogen oksida. 

Gas sulfur dioksida (SO2) akan mengikat oksigen di udara dan berubah menjadi sulfur trioksida (SO3). Sulfur trioksida (SO3) kemudian akan bereaksi dengan air di udara membentuk air hujan berupa asam sulfat (H2SO4). Gas Nitrogen oksida (NO2) yang naik ke atmosfer akan bereaksi oksigen membentuk gas nitrogen dioksida (NO2).

Nitrogen dioksida kemudian bereaksi kembali dengan partikel air di udara dan membentuk air hujan berupa asam nitrat (HNO3) dan asam nitrit (HNO2).

Dari mana sulfur oksida dan nitrogen oksida di udara berasal?

A. Air hujan secara alami mengandung belerang dan nitrogen

B. Emisi gas pembakaran dari kegiatan industri

C. Gas buangan pesawat terbang

D. Sisa ledakan bom yang terlepas ke udara

 

Soal 2.

 

 


Dalam kehidupan sehari-hari pembuatan teh manis dengan menggunakan gula yang berbutir halus dan air dengan suhu panas akan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan gula dengan ukuran besar, seperti misalnya gula “batu” dan dengan menggunakan air dingin.

Pertanyaan 1

Dari fakta tersebut diatas, faktor apa saja yang mempengaruhi laju reaksi pembuatan teh manis,

jelaskan dengan teori tumbukan !

Pertanyaan 2

Setiap kenaikan suhu sebesar 10 o C waktu pelarutan 2 sendok gula dalam air teh akan berlangsung 2 kali lebih cepat. Jika reaksi pelarutan pada suhu 80 o C akan berlangsung selama 2 menit. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk melarutkan gula apabila suhu air teh 100°C ?

Kunci : Diketahui : n = 2 ∆T = 10 o C T 1 = 80 o C T 2 = 100 o C t 80 = 2 menit Ditanyakan : t 100 ........?

 

 


RESUME : Pembelajaran Konseptual dan Pemecahan Masalah Algoritmik

Pembelajaran konseptual merupakan suatu pembelajaran di mana guru dapat membantu siswa untuk memperoleh dan mengembangkan konsep-konsep dasar yang dibutuhkan untuk pembelajaran lebih lanjut dan pemikiran tingkat tinggi. Model pengajaran konsep tidak dirancang untuk mengajarkan sejumlah besar informasi kepada siswa. Tetapi dengan mempelajari dan menerapakan konsep-konsep kunci dalam subjek tertentu, siswa akan mampu mentransfer berbagai pembelajaran spesifik ke bidang-bidang yang lebih umum.

Algoritma merupakan logika, metode dan tahapan (urutan) sistematisyang digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan.Algoritma merupakan prosedur dari beberapa langkah demi langkah untuk penghitungan,penalaran otomatis, dan pemrosesan data.

Pembelajaran kimia di seluruh dunia umumnyamenggunakan aturan pembelajaran dan algoritma yang memungkinkan siswa untuk berhasil menanggapi pertanyaan ujian, termasuk masalah komputasi yang relatif rumit. Namun hal yang sering dipertanyakan apakah siswa juga dapat menyelesaikan kasus pertanyaan konseptual yang terlihat sederhana serta menunjukkan minat, kecenderungan, dan kemampuan yang sama dalam berbagai jenis pertanyaan tes baik bentuk algoritma maupun konseptual.

Stamovlasis (2005) meneliti perbedaan antara pemahaman konseptual dengan pemecahan masalah algoritmik. Dimanadilakukan analisis menggunakansoal Ujian Nasional Yunaniuntuk mengkategorikan pertanyaan sebagai pertanyaan algoritmik ataumembutuhkan pemahaman konseptual serta kaitan  antara pertanyaan konseptual denganketerampilan kognitif tingkat tinggi (HOCS) dengan pertanyaan algoritmik dengan keterampilan kognitif tingkat rendah (LOCS).

Hasil ujian nasional memberikan bukti yang mendukung perbedaan dan sifat berbeda dari pertanyaan algoritmik dan konseptual. Dimana penelitian menunjukkan bahwa ditemukansejumlah besar siswa tidak memiliki satu atau kedua kemampuan ini, hanya sekitar seperempat sampel yang menunjukkan kemampuan keduanya.

Pada soal algoritmik tesyang berhubungan dengan kalkulasi stoikiometri dalam kimia organik, terdapat jumlah yang banyak dan terdapat beberapasoal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi. Sedangkan untuk pertanyaan konseptual dari tes itu terbatas dan tidak terlalu sukar. Jika pertanyaan konseptual yang lebih sukar, maka sangat dimungkinkan proporsi siswa yang dapat menjawabsoal-soal tersebut akan menunjukkan penurunan.

Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pada pertanyaan konseptual dengan tingkat kesukaran tinggi oleh sebagian besar siswa. Sehingga guru dan penulis buku sekolah harus memberikan penekanan padasiswa dengan pemahaman tentang kimia. Selain itu, semua siswayang mengalami kesulitan dengan pertanyaan konseptual, harus terus diberikan latihan, dorongan, dan dukungan untuk menghadapi pertanyaan semacam itu, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan mengembangkan rasa percaya diri.

Sehingga hal yang dapat disimpulkan yaitu gabungan tipe HOCS dan LOCS, formal dan informal pada ujian dan tes diperlukan untuk menantang dan membina siswa untuk mengembangkan kapasitas HOCS mereka.

 

Sumber :

Stamovlasis, D., etal. (2005).Conceptual understanding versus algorithmic problem solving: Further evidence from a national chemistry examination. Chemistry Education Research and Practice. 6 (2), hlm. 104-118