Monday, 21 June 2021

SOAL-SOAL KIMIA HOTS YANG MENGADOPSI MODEL SOAL PISA

 

PISA (Programme for International Student Assesment) adalah penilaian siswa skala besar (internasional). PISA disponsori OECD (Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan). PISA bertujuan mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di dunia. Evaluasi berlangsung tiga tahun sekali. Yang dinilai siswa-siswa berusia 15 tahun dari sekolah-sekolah yang dipilih secara acak. Tes ini bersifat diagnostik yang salah satu manfaatnya untuk perbaikan sistem pendidikan di negara anggota OECD.

PISA memonitor dan membandingkan hasil pendidikan dalam soal literasi membaca, literasi matematika dan literasi sains.

Soal matematika PISA mencakup tiga komponen yaitu konten, konteks dan proses. Konten matematika PISA terdiri dari (1) Perubahan dan Hubungan (Change and Relationships); (2) Ruang dan Bentuk (Space and Shape); (3) Bilangan (Quantity), dan (4) Ketidakpastian dan Data (Uncertainty and Data).

Konteks matematika PISA terdiri dari (1) Pribadi (Personal), (2) Pekerjaan (Occupation), (3) Umum (Societal), dan (4) Ilmiah (Scientific).

Proses matematika PISA terdiri dari (1) mampu merumuskan masalah secara matematika, (2) mampu menggunakan konsep, fakta, prosedur dan penalaran dalam matematika, (3) menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil dari suatu proses matematika. Soal PISA memiliki tingkatan dari level 1 hingga level 6.

Tingkatan level 1 hingga 6 memuat kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS).

SOAL HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS) yang sering diujikan dalam PISA

Soal 1.

HUJAN ASAM

Di bawah ini adalah foto patung bernama Caryatidı yang dibangun di Acropolis di Athena 100 tahun yang lalu.  Patung-patung itu terbuat dari sejenis batu yang disebut marmer.  Marmer terdiri dari kalsium. Pada tahun 1990, patung asli dipindahkan ke dalam museum Acropols dan digantikan oleh replika sebagai akibat dari patung asli yang rusak karena hujan asam.



PERTANYAAN 

1. Hujan normal dalam suasana agak asam karena telah menyerap beberapa karbon dioksida dari udara. Hujan lebih asam daripada hujan nomal karena telah menyerap gas seperti sulfur oksida dan nitrogen oksida. 

Gas sulfur dioksida (SO2) akan mengikat oksigen di udara dan berubah menjadi sulfur trioksida (SO3). Sulfur trioksida (SO3) kemudian akan bereaksi dengan air di udara membentuk air hujan berupa asam sulfat (H2SO4). Gas Nitrogen oksida (NO2) yang naik ke atmosfer akan bereaksi oksigen membentuk gas nitrogen dioksida (NO2).

Nitrogen dioksida kemudian bereaksi kembali dengan partikel air di udara dan membentuk air hujan berupa asam nitrat (HNO3) dan asam nitrit (HNO2).

Dari mana sulfur oksida dan nitrogen oksida di udara berasal?

A. Air hujan secara alami mengandung belerang dan nitrogen

B. Emisi gas pembakaran dari kegiatan industri

C. Gas buangan pesawat terbang

D. Sisa ledakan bom yang terlepas ke udara

 

Soal 2.

 

 


Dalam kehidupan sehari-hari pembuatan teh manis dengan menggunakan gula yang berbutir halus dan air dengan suhu panas akan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan gula dengan ukuran besar, seperti misalnya gula “batu” dan dengan menggunakan air dingin.

Pertanyaan 1

Dari fakta tersebut diatas, faktor apa saja yang mempengaruhi laju reaksi pembuatan teh manis,

jelaskan dengan teori tumbukan !

Pertanyaan 2

Setiap kenaikan suhu sebesar 10 o C waktu pelarutan 2 sendok gula dalam air teh akan berlangsung 2 kali lebih cepat. Jika reaksi pelarutan pada suhu 80 o C akan berlangsung selama 2 menit. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk melarutkan gula apabila suhu air teh 100°C ?

Kunci : Diketahui : n = 2 ∆T = 10 o C T 1 = 80 o C T 2 = 100 o C t 80 = 2 menit Ditanyakan : t 100 ........?

 

 


RESUME : Pembelajaran Konseptual dan Pemecahan Masalah Algoritmik

Pembelajaran konseptual merupakan suatu pembelajaran di mana guru dapat membantu siswa untuk memperoleh dan mengembangkan konsep-konsep dasar yang dibutuhkan untuk pembelajaran lebih lanjut dan pemikiran tingkat tinggi. Model pengajaran konsep tidak dirancang untuk mengajarkan sejumlah besar informasi kepada siswa. Tetapi dengan mempelajari dan menerapakan konsep-konsep kunci dalam subjek tertentu, siswa akan mampu mentransfer berbagai pembelajaran spesifik ke bidang-bidang yang lebih umum.

Algoritma merupakan logika, metode dan tahapan (urutan) sistematisyang digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan.Algoritma merupakan prosedur dari beberapa langkah demi langkah untuk penghitungan,penalaran otomatis, dan pemrosesan data.

Pembelajaran kimia di seluruh dunia umumnyamenggunakan aturan pembelajaran dan algoritma yang memungkinkan siswa untuk berhasil menanggapi pertanyaan ujian, termasuk masalah komputasi yang relatif rumit. Namun hal yang sering dipertanyakan apakah siswa juga dapat menyelesaikan kasus pertanyaan konseptual yang terlihat sederhana serta menunjukkan minat, kecenderungan, dan kemampuan yang sama dalam berbagai jenis pertanyaan tes baik bentuk algoritma maupun konseptual.

Stamovlasis (2005) meneliti perbedaan antara pemahaman konseptual dengan pemecahan masalah algoritmik. Dimanadilakukan analisis menggunakansoal Ujian Nasional Yunaniuntuk mengkategorikan pertanyaan sebagai pertanyaan algoritmik ataumembutuhkan pemahaman konseptual serta kaitan  antara pertanyaan konseptual denganketerampilan kognitif tingkat tinggi (HOCS) dengan pertanyaan algoritmik dengan keterampilan kognitif tingkat rendah (LOCS).

Hasil ujian nasional memberikan bukti yang mendukung perbedaan dan sifat berbeda dari pertanyaan algoritmik dan konseptual. Dimana penelitian menunjukkan bahwa ditemukansejumlah besar siswa tidak memiliki satu atau kedua kemampuan ini, hanya sekitar seperempat sampel yang menunjukkan kemampuan keduanya.

Pada soal algoritmik tesyang berhubungan dengan kalkulasi stoikiometri dalam kimia organik, terdapat jumlah yang banyak dan terdapat beberapasoal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi. Sedangkan untuk pertanyaan konseptual dari tes itu terbatas dan tidak terlalu sukar. Jika pertanyaan konseptual yang lebih sukar, maka sangat dimungkinkan proporsi siswa yang dapat menjawabsoal-soal tersebut akan menunjukkan penurunan.

Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pada pertanyaan konseptual dengan tingkat kesukaran tinggi oleh sebagian besar siswa. Sehingga guru dan penulis buku sekolah harus memberikan penekanan padasiswa dengan pemahaman tentang kimia. Selain itu, semua siswayang mengalami kesulitan dengan pertanyaan konseptual, harus terus diberikan latihan, dorongan, dan dukungan untuk menghadapi pertanyaan semacam itu, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan mengembangkan rasa percaya diri.

Sehingga hal yang dapat disimpulkan yaitu gabungan tipe HOCS dan LOCS, formal dan informal pada ujian dan tes diperlukan untuk menantang dan membina siswa untuk mengembangkan kapasitas HOCS mereka.

 

Sumber :

Stamovlasis, D., etal. (2005).Conceptual understanding versus algorithmic problem solving: Further evidence from a national chemistry examination. Chemistry Education Research and Practice. 6 (2), hlm. 104-118

Sunday, 14 March 2021

Pengembangan Kurikulum | Telaah Kurikulum 21

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Inti dari kurikulum 2013 yaitu upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum ini didasarkan pada perubahan pola pikir dan budaya mengajar dari kemampuan mengajar tenaga pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

    Pengembangaan kurikulum 2013 dilatarbelakangi dengan adanya tantangan masa depan, kompetensi masa depan, presepsi masyarakat, fenomena negatif yang mengemuka serta perkembangan pengetahuan dan pedagogi. Pengembangan K-13 diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Penyusunan K-13 dimulai dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik dan tujuan pendidikan nasional.

    Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empirik. Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

    Berdasarkan Ketentuan Umum dalam pasal 1 UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Indonesia. SNP di Indonesia terdiri dari 8 standar yaitu standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.

    Dalam pengembangan kurikulum 2013 didasarkan pada beberapa prinsip diantaranya adalah sebagai berikut:

1.        Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.

2.         Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan.

3.         Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi.

4.        Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.  

5.        Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.

6.        Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. 

7.        Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni.

8.        Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.   

9.        Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

10.    Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.  

11.  Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi.


Noumi Campbel

K3318054



Thursday, 4 March 2021

Model Pengembangan Kurikulum "Taba's Inverted Model"

Taba’s Inverted Model / Model Terbalik 
Model Konseptualisasi dalam bentuk persamaan, peralatan fisik, uraian atau analogi grafik yang menggambarkan situasi (keadaan) yang sebenarnya, baik berupa keadaan apa adanya maupun keadaan yang seharusnya. Pengembangan Kurikulum (curriculum development) merupakan istilah komprehensif di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan penilaian.
Model kurikulum menurut Taba dinamakan 'inverted model' atau model terbalik karena merupakan kebalikan dari model kurikulum yang ada sebelumnya. Kurikulum yang ada sebelumnya dikembangkan secara deduktif, sedangkan Taba mengembangkan kurikulum secara induktif. Menurut Taba esensial proses deduktif cenderung mengurangi kemungkinan adanya inovasi kreatif karena pengembangan secara deduktif dapat membatasi kemungkinan mengeksperimentasikan konsep-konsep baru kurikulum.Oleh karena itu, Taba mengembangkan kurikulum menggunakan cara pengembangan induktif yang disebut sebagai inverted model (model terbalik). Pengembangan model terbalik ini diawali dengan melakukan percobaan dan penyusunan teori serta diikuti dengan tahapan implementasi. Hal dilakukan guna mempertemukan teori dan praktek. 
Kurikulum menurut Hilda Taba adalah: “ a curriculum is a plan for learning, therefore what is know about the learning process and the development of individual has bearing on the shaping of the curriculum”. kurikulum adalah suatu rencana belajar, oleh karena itu, konsep-konsep tentang belajar dan perkembangan individu dapat mewarnai bentuk-bentuk kurikulum.
Berbeda dengan model yang dikembangkan Tyler, model Taba lebih menitik beratkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam kurikulum ini dikembangkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para pengembang kurikulum. Model pengembangan ini lebih rinci dan lebih sempurna jika dibandingkan dengan model pengembangan Tyler. Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut terutama penekanannya pada pemusatan perhatian guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam pegembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum. Merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba. 
Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan praktik, serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum, sebagaimana sering terjadi apabila dilakukan tanpa kegiatan eksperimental.
Keuntungan digunakannya inverted model ini adalah : 
Membantu untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek karena produksi unit-unit tadi mengkombinasikan kemampuan teoritik dan pengalaman praktis. 
Kurikulum yang terdiri dari unit-unit mengajar-belajar yang disiapkan oleh guru-guru lebih mudah diintroduser ke sekolah, berarti lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan kurikulum yang umum dan abstrak yang dihasilkan oleh urutan tradisional.
Kurikulum yang terdiri dari kerangka umum dan unit-unit belajar-mengajar lebih berpengaruh terhadap praktek kelas dibandingkan dengan kurikulum yang ada. 
Taba mengajukan pandangan yang berlawanan yaitu: langkah awal dimulai dengan perencanaan unit-unit belajar-mengajar yang spesifik, bukan diawali dengan desain kerangka yang umum. Lalu unit-unit tersebut diujicobakan dalam kelas yang kemudian akan digunakan sebagai dasar empirik untuk menentukan overall design.
a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru
Penyusunan unit diawali dengan mendiagnosis kebutuhan serta dilanjutkan dengan merumuskan tujuan. Kegiatan ini juga mempertimbangkan keseimbangan antara kedalaman serta keluasan materi pelajaran yang akan disusun. Kelompok tenaga pengajar membuat unit eksperiment sebagai ajang untuk melakukan studi tentang hubungan teori dan praktek. Untuk itu diperlukan (1) Perencanaan yang didasarkan atas teori yang kuat (2) Eksperimen didalam kelas yang dapat menghasilkan data empiris untuk menguji landasan teori yang digunakan. Hasil dari langkah ini berupa teaching-leaming unit yang masih bersifat draft yang siap diuji pada langkah berikutnya.
b. Menguji unit eksperimen
Unit-unit (teaching-learning units) yang telah dibuat pada langkah pertama selanjutnya diujicobakan pada kelas-kelas eksperimen dalam berbagai situasi dan kondisi belajar. Tujuan dari dilakukannya uji coba ini adalah untuk mengetahui tingkat validitas dan kelayakan unit-unit dalam pengajaran serta untuk mengetahui keyakinan terap bagi tenaga pengajar yang memiliki gaya mengajar dan kemampuan melaksanakan pengajaran unit yang berbeda-beda. Hasil uji coba ini dapat digunakan untuk menyempurnakan draft kurikulum.
c. Mengadakan revisi dan konsolidasi
Langkah ini dilakukan jika hasil pada langkah kedua menunjukkan perlunya perbaikan dan penyempurnaan unit-unit yang telah disusun. Revisi dan penyempurnaan draf teaching learning units dilakukan berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selama langkah pengujian. Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Produk langkah ini berupa teaching learning units yang telah teruji di lapangan. Bila hasilnya sudah memadai, maka unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.
d. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum
Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara berurutan itu telah berimbang ke dalamnya dan keluasannya, dan apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya kemampuan intelektual dan emosional. Apabila proses penyempurnaan telah dilakukan secara menyeluruh maka langkah berikutnya mengkaji kerangka kurikulum yang dilakukan oleh para ahli kurikulum dan profesional lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen kurikulum yang siap untuk diimplementasikan dan didesiminasikan.
e. Melakukan implementasi dan desiminasi

(sumber : https://srilestarilinawati.wordpress.com/) 
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tetang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum realitas dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional. Dengan demikian, model ini benar-benar memadukan teori dan praktek. 
Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada administrator sekolah. Penerapan kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah : seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal. 

Monday, 1 March 2021

Curricular Innovation in Chemistry

Rabu, 24 Februari 2021 saya berkesempatan hadir secara virtual dalam acara Chemistry Education Webinar dengan  tema “Curricular Innovation in Chemistry”. Acara ini diadakan oleh Program Studi S1 Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang menjadi tempat saya berkuliah. Pembicara dalam acara ini adalah Prof. Dr. Claudia Bohrmann-Linde, seorang profesor dalam bidang Pendidikan Kimia dari Universitas Wuppertal di Jerman. 
Pemaparan materi diawali dengan penjelasan mengenai sistem pendidikan di Jerman. Jeman yang merupakan negara federal terbagi menjadi 16 negara bagian. Sistem pendidikan ditentukan oleh masing-masing negara bagian. Rancangan kurikulum pendidikan dipaparkan oleh kepala komite dalam sebuah konferensi kementerian pendidikan. Pendidikan formal di Jerman terdiri atas primary school (grade 1-4, usia 6 tahun), secondary education (grade 5-10 atau grade 5-12/13) dan abituar (setelah 12 or 13,diperlukan sebelum masuk universitas). Materi kimia didapatkan pada saat kelas 7 atau 8 dengan durasi 2 jam/ minggu. Pada saat kelas 10, durasi belajar kimia adalah 6 jam/ minggu. Materi kimia disampaikan secara perlahan dan dimulai dari dasar. Pada tingkatan kelas paling bawah atau pada saat siswa baru saja mendapatkan pelajaran kimia, mereka disajikan fenomena-fenomena dalam kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan ilmu kimia contohnya membuat kue. Kemudian rumus kimia disajikan tidak dalam bentuk rumus lengkap namun dijelaskan dalam kata-kata contohnya atom hidrogen dapat bereaksi dengan atom oksigen kemudian menghasilkan molekul air. Penjelasan dilakukan dengan sangat sederhana sehingga siswa dapat lebih mudah memahami konsep dasar kimia. Kemudian di kelas atas siswa diberikan materi yang lebih kompleks.Kimia merupakan materi yang berhubungan dengan fenomena shari-hari namun seringkali abstrak karena mempelajari hal-hal yang tidak bisa secara langsung kita sentuh. Oleh karena itu, pendekatan eksperimen diperlukan dalam kegiatan pembelajaran kimia. 
Prof Claudia dalam proyeknya merancang pembelajaran kimia berbasis eksperimen terutama dalam materi yang berhubungan dengan energi misalnya elektrokimia. 
Penelitian Prof. Claudia fokus pada topik-topik yang berkaitan dengan Energi dan Konversi Energi. Hal yang mendasari pemilihan topik ini adalah karena energi merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia sehingga siswa perlu mempelajarinya agar mereka dapat menciptakan inovasi-inovasi dalam pengolahan energi. Pembelajaran kimia tentang energi ini diwujudkan dengan cara pelaksanaan eksperimen antara lain : Menggunakan sinar matahari dalam sel surya, membuat energi panas (termal), kristal cair dan tampilannya, fuel cell, penggunaan LED, dan penggunaan sumber daya yang berkelanjutan.
Penyampaian materi tentang konversi energi dilakukan mulai dari dasar yaitu bentuk-bentuk energi, konservasi energi, dan konversi energi. Setelah itu disampaikaan materi yang lebih kompleks yaitu konversi dalam solar sel yang dilakukan juga praktikum dengan bahan-bahan dan alat yang mudah didapat.
Kemudian pada materi tentang fuel sel , siswa diberikan pemahaman bahwa fuel sel adalah konversi energi dari energi kimia menjadi energi listrik. 
Topik lain terkait konversi energi yang sangat dekat dalam kehidupan sehari-hari adalah fotosintesis dimana tumbuhan melakukan kegiatan fotosintesis untuk mengolah makanan dengan energi yang dikonversi dari energi cahaya matahari.Dalam fotosintesis terjadi reaksi redoks dan transfer elektron. Siswa lebih mudah memahami hal ini karena fotosintesis sudah mereka ketahui sejak bangku sekolah dasar. Pada materi ini Prof.Claudia merancang eksperimen yaitu ‘botol bercahaya biru’. 
Prof. Claudia mengajak siswa melakukan eksperimen tentang sel fotogalvanic dengan pendekatan yang sangat menarik minat siswa yaitu perangkat elektronika yang digunakan dibentuk menyerupai kumbang atau kunang-kunang yang dapat menyala cahaya. Dalam eksperimen ini, bahan yang digunakan yaitu silikon sebagai semikonduktor sensistif terhadap cahaya dapat diganti menjadi titanium oksida yang lebih ditemukan oleh guru kimia di sekolah. 
Inovasi yang dilakukan Prof.Claudia sangat bermanfaat bagi guru maupun calon guru yang akan melaksanakan pembelajaran kimia berbasis eksperimen. Sehingga diharapkan inovasi beliau dapat segera diadopsi dan diaplikasikan dalam pembelajaran kimia di sekolah. 


Noumi Campbel
K3318054
Kelas B
Mata Kuliah : Telaah Kurikulum Kimia 2021