Monday, 1 March 2021

Curricular Innovation in Chemistry

Rabu, 24 Februari 2021 saya berkesempatan hadir secara virtual dalam acara Chemistry Education Webinar dengan  tema “Curricular Innovation in Chemistry”. Acara ini diadakan oleh Program Studi S1 Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang menjadi tempat saya berkuliah. Pembicara dalam acara ini adalah Prof. Dr. Claudia Bohrmann-Linde, seorang profesor dalam bidang Pendidikan Kimia dari Universitas Wuppertal di Jerman. 
Pemaparan materi diawali dengan penjelasan mengenai sistem pendidikan di Jerman. Jeman yang merupakan negara federal terbagi menjadi 16 negara bagian. Sistem pendidikan ditentukan oleh masing-masing negara bagian. Rancangan kurikulum pendidikan dipaparkan oleh kepala komite dalam sebuah konferensi kementerian pendidikan. Pendidikan formal di Jerman terdiri atas primary school (grade 1-4, usia 6 tahun), secondary education (grade 5-10 atau grade 5-12/13) dan abituar (setelah 12 or 13,diperlukan sebelum masuk universitas). Materi kimia didapatkan pada saat kelas 7 atau 8 dengan durasi 2 jam/ minggu. Pada saat kelas 10, durasi belajar kimia adalah 6 jam/ minggu. Materi kimia disampaikan secara perlahan dan dimulai dari dasar. Pada tingkatan kelas paling bawah atau pada saat siswa baru saja mendapatkan pelajaran kimia, mereka disajikan fenomena-fenomena dalam kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan ilmu kimia contohnya membuat kue. Kemudian rumus kimia disajikan tidak dalam bentuk rumus lengkap namun dijelaskan dalam kata-kata contohnya atom hidrogen dapat bereaksi dengan atom oksigen kemudian menghasilkan molekul air. Penjelasan dilakukan dengan sangat sederhana sehingga siswa dapat lebih mudah memahami konsep dasar kimia. Kemudian di kelas atas siswa diberikan materi yang lebih kompleks.Kimia merupakan materi yang berhubungan dengan fenomena shari-hari namun seringkali abstrak karena mempelajari hal-hal yang tidak bisa secara langsung kita sentuh. Oleh karena itu, pendekatan eksperimen diperlukan dalam kegiatan pembelajaran kimia. 
Prof Claudia dalam proyeknya merancang pembelajaran kimia berbasis eksperimen terutama dalam materi yang berhubungan dengan energi misalnya elektrokimia. 
Penelitian Prof. Claudia fokus pada topik-topik yang berkaitan dengan Energi dan Konversi Energi. Hal yang mendasari pemilihan topik ini adalah karena energi merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia sehingga siswa perlu mempelajarinya agar mereka dapat menciptakan inovasi-inovasi dalam pengolahan energi. Pembelajaran kimia tentang energi ini diwujudkan dengan cara pelaksanaan eksperimen antara lain : Menggunakan sinar matahari dalam sel surya, membuat energi panas (termal), kristal cair dan tampilannya, fuel cell, penggunaan LED, dan penggunaan sumber daya yang berkelanjutan.
Penyampaian materi tentang konversi energi dilakukan mulai dari dasar yaitu bentuk-bentuk energi, konservasi energi, dan konversi energi. Setelah itu disampaikaan materi yang lebih kompleks yaitu konversi dalam solar sel yang dilakukan juga praktikum dengan bahan-bahan dan alat yang mudah didapat.
Kemudian pada materi tentang fuel sel , siswa diberikan pemahaman bahwa fuel sel adalah konversi energi dari energi kimia menjadi energi listrik. 
Topik lain terkait konversi energi yang sangat dekat dalam kehidupan sehari-hari adalah fotosintesis dimana tumbuhan melakukan kegiatan fotosintesis untuk mengolah makanan dengan energi yang dikonversi dari energi cahaya matahari.Dalam fotosintesis terjadi reaksi redoks dan transfer elektron. Siswa lebih mudah memahami hal ini karena fotosintesis sudah mereka ketahui sejak bangku sekolah dasar. Pada materi ini Prof.Claudia merancang eksperimen yaitu ‘botol bercahaya biru’. 
Prof. Claudia mengajak siswa melakukan eksperimen tentang sel fotogalvanic dengan pendekatan yang sangat menarik minat siswa yaitu perangkat elektronika yang digunakan dibentuk menyerupai kumbang atau kunang-kunang yang dapat menyala cahaya. Dalam eksperimen ini, bahan yang digunakan yaitu silikon sebagai semikonduktor sensistif terhadap cahaya dapat diganti menjadi titanium oksida yang lebih ditemukan oleh guru kimia di sekolah. 
Inovasi yang dilakukan Prof.Claudia sangat bermanfaat bagi guru maupun calon guru yang akan melaksanakan pembelajaran kimia berbasis eksperimen. Sehingga diharapkan inovasi beliau dapat segera diadopsi dan diaplikasikan dalam pembelajaran kimia di sekolah. 


Noumi Campbel
K3318054
Kelas B
Mata Kuliah : Telaah Kurikulum Kimia 2021

No comments:

Post a Comment